Kamis, 12 Mei 2016

Sastra



Jika Jodohku di Tanganmu
Oleh (NS)
Pertemuan itu tak pernah aku sangka. Semuanya terjadi begitu saja. Di antara miliyaran ciptaan-Nya, sosok indah sepertimu dipertemukan denganku. Meski itu dalam suasana yang tak lazim. Haruskah aku mengingkari jika takdir dan jodoh itu kitalah yang tentukan segalanya, walau ada campur tangan dari sang Maha Pencipta.
Hari dimana aku bertemu denganmu tanpa sengaja, aku menyapamu dengan acuh, meski aku menyimpan rasa penasaran akan tentangmu.
Gaun yang kau kenakan hari itu, semakin meronakan keindahanmu, hingga aku tak hentinya bersyukur telah dipertemukan makhluk ciptaan-Nya yang begitu indah dan tampak sempurna. Aku bahkan belum pernah bertemu sosok bidadari sebelumnya, tetapi setelah melihatmu, aku jadi tahu bahwa sosok bidadari itu bukan hanya dalam dunia metafisik dan abstrak semata, tetapi nyata dan aku melihatnya pada dirimu.
Jika pungguk berani merindukan rembulan, mengapa manusia tak pernah berani berharap pada harapan? Setidaknya frasa itu mengingatkatknku akan segala kemungkinan yang bisa terjadi, jika kita masih memiliki sebuah harapan.
Sesuatu yang mendebarkan jantung dan menggetarkan hati kala pertemuan itu, aku mungkin bisa menyebutnya cinta. Kata yang selalu terucap dibibir, tetapi bentuknya abstrak. Mungkin masih dini aku menyimpulkan kata indah itu, namun hati tak dapat diingkari dan juga didustai, sebab karenanyalah Romeo menggaikan jiwa tatkala nekad menemui Juliet yang tak lain keluarganya adalah musuh keluarga Romeo. Tetapi itulah cinta, segala bisa saja terjadi, sebab nalar dan logika tak lagi berfungsi dengan baik, semuanya dikendalikan oleh hasrat yang menggebu dalam hati. Semuanya akan tampak tak masuk akal, tapi bukankah manusia terciptanya karena besarnya cinta Adam kepada Hawa? Segelumit tanya tentang cinta tidak akan pernah hbis terjawab karena awalnya dimulai dari manusia pertema dan akan berakhir hingga pada terakhir. Segalanya akan menguntai kata cinta hingga zaman sampai pada peraduan waktunya.
Pepatah selau mengisyaratkan bahwa segalanya indah pada waktunya, tetapi tak pernah menjelaskan waktu yang sebenarnya. Entah waktu itu akan berlalu tanpa arti atau bahkan berakhir tanpa kisah, segalanya tentang waktu tak pernah terjamah sevara pasti. Kalimat itu hanya penghibur bagi mereka tercampakkan dari dunia yang fana ini, di bawah bayang-bayang fatamorgana dengan semua keindahan yang semu dan hampa.
Aku mencintaimu meski aku sadari, diriku bukanlah lelaki yang pantas buatmu, dengan segala kekuranganku, aku hanya bisa berharap bisa mencintaimu meski dirimu tak dapat aku miliki, bukankah cinta tak selamanya harus memiliki, tetapi mencintai lebih mulia daripada dicintai. Setidaknya itu bisa menghibur hatiku,
Setahun telah berlalu saat perjumpaan kita di hari itu, kini kamu membaca kisahku dan aku telah berada jauh di sisimu. Segalanya telah berbeda dan semuanya tak lagi sama kala itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar