Tugas Kelompok
Sosiologi
dan Sastra
Oleh:
Nursyam_1151140007
Program Studi Sastra Indonesia
Jurusan Bahasan dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Sastra
Universitas Negeri Makassar
2014
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A.
Latar
Belakang 3
B.
Rumusan
Masalah 4
C.
Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A.
Defenisi
Sosiologi dan Sifat Hakikatnya 5
B.
Objek
Sosiologi 6
C.
Pengertian
Sastra 8
D.
Pengertian
Sosiologi Sastra 9
E.
Klasifikasi
Sosiologi Sastra 9
F.
Hubungan
antara Sosiologi dan Sastra 10
BAB III PENUTUP 15
A.
Kesimpulan 15
B.
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan dan kemurahan-Nya dalam memberikan kemudahan bagi kami
dalam membuat makalah ini. Materi dalam pembahasan
makalah ini mengenai Sosiologi
dan Sastra. Secara sederhana, rincian materi dalam makalah ini adalah membahas secara terperinci Sosiologi dan Sastra.
Tak lupa pula, kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif atau berpartisipasi
dalam membuat dan menyelesaikan makalah ini, terutama pada Bapak Dosen
yang telah memberikan pengarahan
kepada kami dalam menyelesaikan makalah
ini yang
berwujud
makalah.
Sebagai insan pelajar yang masih dalam tahap proses
belajar, maka kami membuka
diri dalam menerima
berbagai saran dan kritik yang bersifat
konstruktif
dan memotivasi, agar kami dalam membuat
makalah selanjutnya lebih baik lagi.
Makassar,
18 Februari 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sosiologi
merupakan disiplin ilmu yang mempelajari gejala-gejala sosial. Segala gejala
sosial yang terjadi pada kalangan masyarakat dapat dikaji melalui pendekatan
sosiologi. Sastra adalah sebuah hasil imajinasi dengan menggunakan bahasa yang
penuh nilai estetika. Sastra dan masyarakat merupaka dua hal yang saling
berkait antara satu dengan yang lainnya.
Dalam
membahas karya sastra, maka pendekatan sosiologi difungsikan untuk mengetahui
dan mengidentifikasi secara ril fenomena sosial yang termuat dalam karya sastra
yang menjadi bahan kajian.
Sosiologi
dan sastra memiliki unsur kesamaan, sebab sosiologi mengkaji mengenai gejala
sosial, sementara pada sastra menghasilkan sebuah karya yang menyangkut sosial,
sehingga dalam penerapan ilmu sosiologi pada karya sastra dapat diketahui
secara jelas gejala sosial yang terjadi pada karya sastra tersebut, baik
menyangkut kedudukan pengarang pada karya sastra itu maupun keadaan sosial yang
terjadi secara terperinci.
Peristiwa
yang diangkat pada sebuah karya sastra, pendekatan sosiologi ini melihat
peristiwa itu sebagai dokumen sosiobudaya. Artinya secara implisit, sosiologi
mengungkap berbagai perihal yang terjadi pada masyarakat tertentu.
Sosiologi
sastra merupakan ilmu yang relatif lebih baru berkembang, sebab objek kajiannya
bersifat sosial. Namun, pada sisi lainnya banyak diminati oleh berbagai pihak
intelektual sebab bersentuhan langsung dengan kejadian dan fenomena sosial yang
ada.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai
berikut:
a.
Apakah
defenisi dan sifat hakikat sosiologi sastra?
b.
Apakah
objek kajian sosiologi sastra?
c.
Apakah
pengertian sastra?
d.
Apakah
pengertian sosiologi sastra?
e.
Apa
sajakah klasifikasi sosiologi sastra?
f.
Bagaimanakah
hubungan antara sosiologi dan sastra?
C.
Tujuan
Tujuan yang diperoleh dari rumusan masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
a.
Mengetahui
defenisi dan sifat hakikat sosiologi sastra.
b.
Mengetahui
objek kajian sosiologi sastra.
c.
Mengetahui
pengertian sastra.
d.
Mengetahui
pengertian sosiologi sastra.
e.
Mengetahui
klasifikasi sosiologi sastra.
f.
Mengetahui
hubungan antara sosiologi dan sastra.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sosiologi dan Sifat
Hakikatnya
Kita sangat
sukar merumuskan suatu definisi yang dapat mengemukakan keseluruhan pengertian,
sifat, dan hakikat yang dimaksud dalam beberapa kata dan kalimat. Oleh karena
itu, suatu definisi hanya dapat dipakai sebagai suatu pegangan sementara saja.
Sebagai patokan sementara, akan dikemukakan beberapa definisi sosiologi sebagai
berikut:
a. Sosiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari :
1. Hubungan
dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya
antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan
ekonomi; gerak masyarakat dengan politik; dan lain sebagainya).
2. Hubungan
dan pengaruh timbal-balik antara gejala sosial dan gejala-gejala nonsosial
(misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya).
3. Ciri-ciri
umum semua jenis gejala sosial.
b. Sosiologi
adalah ilmu yang memepelajari hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok.
c. Sosiologi
adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu
organisasi sosial.
d. Sosiologi
adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses
kemasyrakatan yang bersifat stabil.
e. Sosiologi
atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial
adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu
kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial
kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial.
Sifat-sifat hakikatnya adalah:
a.
Telah
kita ketahui behwa sosiologi adalah suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu
pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian. Perbedaan tersebut
bukanlah perbedaan metode melainkan menyangkut perbedaan isi yang gunanya untuk
membedakan ilmu-ilmu pengetahuan yang bersangkut paut dengan gejala-gejala alam
dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang berhubungan gejala-gejala kemasyarakatan.
b.
Sosiologi
bukan merupakan disiplin ilmu yang normatif, akan tetapi disiplin ilmu yang
kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini
dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
c.
Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan murni dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau
terpakai.
B. Objek
Sosiologi
Objek sosiologi
adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia, dan proses
yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyrakat. Beberapa pakar telah
mencoba untuk memberikan definisi masyrakat (society), yaitu:
a. Masyarakat ialah suatu system dari kebiasaan dan
tatacara dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan
dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan
yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan
hubungan sosial dan selalu berubah.
b.
Masyarakat merupakan setiap kelompok
manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat
mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial
dengan batas-batas yang merumuskan dengan jelas.
c.
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
Berdasarkan definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa masyrakat terdiri atas beberapa unsur, yaitu:
1.
Manusia yang hidup bersama. Di dalam
ilmu social tidak ada ukuran mutlak atau angka pasti untuk menentukan berapa
jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoritis, angka minimnya
adalah dua orang yang hidup bersama.
2.
Bercampur untuk waktu yang cukup lama.
Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati, seperti
kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena itu dengan berkumpulnya manusia, maka
akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa
dan mengerti. Sebagai akibat hidup bersama itu maka akan timbullah system
komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur system hubungan antarmanusia
dan kelompok tersebut.
3.
Mereka sadar bahwa mereka merupakan
suatu kesatuan.
4.
Mereka merupakan suatu system hidup
bersama. System kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan sebab setiap anggota
kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.
Selanjutnya, setiap masyarakat mempunyai
komponen-komponen dasar, yakni:
a.
Populasi, yaitu warga-warga dari
masyrakat yang dilihat dari sudut pandang kolektif. Secara sosiologis,
aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan adalah: aspek genetic yang konstan,
variable-variabel genetic dan demografis.
b.
Kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan
rasa dari kehidupan bersama yang mengcakup: system lambing-lambang dan
informasi.
c.
Hasil kebudayaan material.
d.
Organisasi social, yakni jaringan
hubungan antara warga-warga masyrakat yang bersangkutan, yang antara lain
mencakup: warga masyarakat secara individual, peranan-peranan,
kelompok-kelompok social, dan kelas-kelas social.
e.
Lembaga-lembaga social dan sistemnya.
C. Pengertian
Sastra
Sastra
adalah karya seni yang diwujudkan dengan menggunakan bahasa yang indah, dengan
berbagai ungkapan, kiasan, atau gaya bahasa yang sesuai dengan pernyataan
maksud pengarang (Arifin, 1991:117). Atau juga dapat dikatakan bahwa karya seni yang dihasilkan dengan menggunakan
daya imajinasi dan hayal yang tinggi untuk menyampaikan suatu maksud atau
tujuan tertentu. Bahasa yang digunakan adalah bahasa penuh dengan kreatifitas
dari pengarang.
D. Pengertian
Sosiologi Sastra
Sosiologi
sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata
sosio (Yunani) (socious berarti bersama-sama, bersatu, kawan,teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan,
perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, sosio/socious berarti ilmu. Jadi,
sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat,
ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia
dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. (Nyoman Kutha Ratna
2003:1).
Sosiologi
sastra adalah pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi
kemasyarakatan. Istilah ini pada dasarnya tidak berbeda peengertiannya
sosiosastra, pendekatan sosiologis, atau pendekatan sosiokultural terhadap
sastra. Sosiologi sastra dalam pengertian inni mencakup berbagai pendekatan
yang didasarkan pada sikap dan pandangan teoritis tertentu.
Sudah
banyak telaah dalam sosiologi sastra baik yang berupa buku maupun tulisan yang
lepas yang kemudian dikumpulkan dalam berbagai bunga rampai. Dari sekian banyak
bahan itu dapat disimpulkan
bahwa ada dua kecendrungan utama dalam telaah sosiologis terhadap sastra, yaitu:
1.
Pendekatana yang berdasarkan pada
anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses social ekonomi belaka. Pendekatan
ini bergerak dari faktor-faktor
di luar sastra. Jelas bahwa dalam pendekatan ini teks sastra tidak dianggap
utama, ia hanya merupakan epiphenomenon
(gejala kedua).
2.
Pendekatan yang mengutamakan teks sastra
sebagai bahan penelaahan. Metode yang dipergunakan dalam sosiologi sastra ini
adalah analisis teks untuk menegetahui strukturnya yang bertujuan untuk
memahami secara mendalam gejala social yang diluar sastra.
E. Klasifikasi
Sosiologi Sastra
Wellek dan
Warren (1965:84) membuat klasifikasi sosiologi sastra sebagai berikut:
a.
Sosiologi pengarang, mempermasalahkan:
status social, ideology social, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai
penghasil sastra.
b.
Sosiologi karya sastra, mempermasalahkan:
karya sastra itu sendiri; yang menjadi pokok permasalahan adalah apa yang
tersirat dalam karya sastra dan apa tujuannya.
c.
Sosiologi sastra yang mempermasalahkan
pembaca dan pengaruh social karya sastra.
Selanjutnya,
klasifikasi Ian Watt (1964:300-313) dalam esainya yang berjudul “literature an society” Esai itu
membicarakan tentang hubungan timbal-balik antara sastrawan, sastra, dan
masyrakat yang secara keseluruhan deskripsi atau bagan sebagai berikut:
1.
Konteks Sosial Pengarang
Ini
ada hubungannya dengan posisi social sastrawan dalam masyrakat dan kaitannya
dengan masyarakat pembaca. Dalam hal ini termasuk juga factor-faktor social
yang dapat memengaruhi pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi
isi karya sastranya. Hal yang diteliti
adalah:
a.
Bagaimana pengarang mendapatkan mata
pencahariannya, apakah ia menerima santunan dana dari sponsor atau dari
masyrakat secara langsung atau mereka mencari mata pencaharian yang lain.
b.
Profesionalisme dalam kepengarangan,
sejauh mana pengarang itu menganggap pekerjaan sebagai profesi.
c.
Masyarakat apa yang dituju oleh
pengarang, hubungan antara pengarang dan masyarakat dalam hal ini sangat
penting, sebab sering didapati bahwa macam masyarakat yang dituju itu menentukan
bentuk dan isi karya sastra.
2.
Sastra sebgai cermin masyarakat
Sampai sejauh mana sastra dapat dianggap sebagai mencerminkan
keadaan masyarakat. Pengertian cermin di sini sangat kabur. Oleh karena itu
banyak disalahtafsirkan dan disalahgunakan. Hal yang terutama mendapat
perhatian adalah:
a.
Sastra mungkin tidak dapat dikatakan
mencerminkan masyarakat pada waktu dia ditulis sebab banyak cirri-ciri
masyarakat yang ditampilkan dalam karya sastra itu sudah tidak berlaku lagi
pada waktu ia ditulis.
b.
Sifat lain dari yang lain, yaitu seorang
pengarang sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta social dalam
karyanya.
c.
Gendre sastra sering merupakan sikap
social atau kelompok tertentu, dan bukan sikap social seluruh masyarakat.
d.
Sastra yang berusaha untuk menampilkan
keadaan masyarakat secermat-cermatnya mungkin saja tidak dapat dipercaya
sebagai cermin masyarakat. Demikian juga
sebaliknya karya sastra yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan
masyarakat secara teliti barangkali masih dapat dipergunakan sebagai bahan untuk
mengetahui keadaan masyarakat. Pandangan social pengarang harus diperhitungkan
apabila kita menilai karya sastra sebagai cermin masyarakat.
3.
Fungsi sosial sastra
Disini kita terlibat pertanyaan-pertanyaan
seperti: Sampai seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial? Dan
sampai seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial? Dalam hubungan
ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a.
Sudut pandang ekstrim kaum Romantik yang
menganggap bahwa sastra sama derajatnya dengan karya pendeta dan nabi. Anggapan
ini mencakup pendirian bahwa sastra harus berfungsi performasi atau perombak.
b.
Sastra bertugas sebagai penghibur
belaka.dalam hal ini gagasan “Seni untuk seni” tak ada bedanya dengan praktik
untuk mencapai best seller.
c.
Sastra harus mengajarkan sesuatu dengan
cara menghibur.
F. Hubungan
Antara Sosiologi Dengan Sastra
1.
Sosiologi Sebagai Suatu Ilmu
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa
sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam
masyarakat; telaah tentang lembaga dan proses sosial. Sosiologi mencaritahu
bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung dan bagaimana ia
tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah
perekonomian, keagamaan, politik dan lain-lain, yang kesemuanya itu merupakan
struktur sosial. Kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tantang mekanisme sosialisasi, proses
pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat ditempatnya masing-masing.
2.
Sosiologi dan sastra berurusan dengan
manusia dalam masyarakat
Dalam hal isi, sesungguhnya sosiologi dan
sastra berbagai masalah yang sama. Dengan demikian, novel sebagai gendre utama
sastra dalam zaman sekarang dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan
kembali dunia sosial ini; hubungan manusia dengan keluarganya, lingkungannya,
politik, Negara, dan sebagainya.
Dalam
pengertian documenter murni tampak bahwa novel berurusan dengan tekstur sosial,
ekonommi, dan politik yang juga menjadi urusan sosiologi.
Perbedaan yang ada antara keduanya adalah
sosiologi melakukan analisis ilmiah yang objektif, sedangkan novel menyusup
menembus permukaan kehidupan sosial dan menunjukkan cara-cara manusia
menghayati masyrakat dengan perasaannya. Adanya analisis ilmiah yang objektif
ini menyebabkan bahwa seandainya ada dua orang ahli sosiologi mengadakan
penelitian atas satu masyarakat yang sama, hasil penelitian itu besar
kemungkinannya menunjukkan persamaan juga. Sedangkan seandainya ada dua orang novelis
menulis tentang suatu masyarakat yang sama, hasilnya cenderung berbeda sebab
cara-cara manusia mengahyati masyarakat dengan perasaannya itu berbeda-beda
menurut pandangan orang seorang.
Karena persamaan objek yang digarap
wajarlah jika ada ahli yang meramalkan bahwa pada akhirnya nanti sosiologi akan
dapat mengganti kedudukan novel. Pandanga serupa itu rupanya didorong oleh
pesatnya perkembangan ilmu sosiologi di samping adanya ramalan kematian novel
sebagai bentuk sastra. Satu hal yang
perlu diingat bahwa ada sesuatu yang unik dalam novel yang tidak bisa
digantikan oleh sosiologi. Oleh Karen itu, tampaknya keduanya memiliki
kemungkinan yang sama untuk terus berkembang dan mungkin untuk terus bekerja
sama.
3.
Sastra Dan Sosiologi Merupakan Dua
Bidang Ilmu Yang Saling Melengkapi
Beberapa ahli sosiologi sejak abad yang
lalu telah mencoba menyinggung-nyinggung sastra. Namun, pada hakikatnya mereka
masih menganggap sastra sekedar sebagai bahan untuk menyelidiki struktur
sosial. Zaman kita ini telah menyaksikan perkembangan pesat sosiologi agama,
sosiologi pendidikan, sosiologi politik, sosiologi ideology, tetapi sosiologi
sastra ternyata muncul sangat terlambat. Sampai saat ini harus diakui bahwa
sosiologi sastra belum sepenuhnya merupakan suatu himpunan pengetahuan yang
mapan.
Bagi kritikus, sastra tampak sebagai suatu
kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri. Karya sastra harus didekatkan
dari segi striktur dalam, metafora, penyusunan citra, ritme, dinamika alur,
penokohan, dan lain-lain. Kalupun masyarakat luar diperkenankan turut campur,
hal itu hanya kadang-kadang saja dan hanya sebagai latar belakang saja.
Artinya, tidak boleh menentukan penilaian akhir. Mereka yang telah mnegmbangkan
pendekatan tekstual terhadap sastra sama sekali menolak pendangna bahwa hal-hal
yang bersifat ekstrinsik dapat membantu kita dalam mengungkapkan karya sastra.
Mereka itu tidak menghendaki campur tangn
sosiologi sebab sosiologi tidak akan mampu menjelaskan aspek-aspek unik yang
terdapat dalam karya sastra. Padahal sosiologi dapat memberikan penjelasan yang
bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan tanpa sosiologi pemahaman
kita tentang sastra belum lengkap. Harus diakui bahwa telaah sastra dan telaah
sosiaol memerlukan metode dan orientasi
yang berbeda-beda. Dan berdasarkan kenyataan ini lah keberatan terhadap campur
tangan sosiologi dalam telaah sastra diajukan.
Pendekatan sosiologi sastra yamh paling
banyak dilakukan saat ini menaruh paerhatian yang besar terhadap aspek
documenter sastra. Landaannya adalah gagasan yang menyatakan bahwa sastra
merupakan cermin langsung dari berbagai segi struktur sosial, hubungna
kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain. Dalam hal ini, tugas ahli
sosiologi sastra adalah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayal dan situasi
ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan asal usulnya. Tema
dan gaya yang ada dalam karya sastra yang bersifat pribadi itu, harus diubah
menjadi hal-hal yang bersifat sosial.
Pendekatan ekstrinsik ini telah mendapat
serangan pedas dan bertubi-tubi dari para kritikus sastra. Salah satu serangan
itu dilancarkan oleh wallek dan warren (1956: 82). Dikatakan bahwa biasanya
dalam seputar sastra dan masyarakat bersifat sempit dan eksternal. Pertanyaan
yang ditampilkan biasanya mengenai hubunngan sastra dan situasi sosial
tertentu, system ekonomi, sosial, dan politik. Banyak usaha yang telah
dilakukan untuk menggambarkan dan memeberi batasan tentang pengaruhmasyarakat
terhadap karya sastra, dan untuk mengatur dan menentukan kedudukan sastra dalam
masyarakat. Pendekatan sosisologis semacam itu terutama dilakukan oleh kritikus
yang meyakini suatu filsafat sosial tertentu. Pada kritikus Marxis, misalnya,
tidak sekedar tertarik untuk meneliti hubungan antara sastra dan masyarakat;
mereka bahkan telah memiliki dasar pandangan yang jelas tentang bagaimana
seharusnya hubungan itu.
Yang mereka lakukan sebenarnya bukanlah
kritik sasatra, melainkan penghakiman yang didasarkan atas criteria etis dan
politis yang bersifat non sastra. Kritikus semacam itu sukar dibedakan dengan
tukang propaganda.
Wellek dan Warren selanjutnya mengatakan
bahwa tidaklah jelas pengertiannya apabila dikatakan bahwa sastra mencerminkan
atau mengekspresikan kehidupan. Memang sastrawan menegkspresikan pengalaman dan
pahamnya yang menyeluruh tentang kehidupan, tetapi jelas keliru kalau ia
dianggap mengekspresikan kehidupana yang selengkap-lengkapnya. Dan kita pun
menggunakan criteria evaluative tertentu apabila beranggapan bahwa sastrawan
harus memiliki zaman dan masyarakatnya. Dan kita mewakili itu banyak
disalahgunakan oleh para kritikus Marxis kata itu diartikan sebagai mewakili
kaum proletar atau mewakili ideology si kritikus.
Keberatan
yang diajukan Wellek dan Warren di atas jelas didasarkan pada anggapan
dan kesimpulan bahwa pendekatan sosiologis terhadap sastra bersifat sempit.
Sastra dilihat lewat kacamata ideologis tertentu, dan hal ini adalah Marxisme.
Mereka juga tidak percaya bahwa sastra dapat ditelaah dengan menggunakan
masyarakat luar sebagai ukuran dan sekaligus tujuannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
pembahasan materi di atas, maka yang dapat disimpulkan, yaitu:
a.
Sosiologi
bukan merupakan ilmu normatif dan sastra merupakan pencitraan nilai, keyakian
dan norma.
b.
Sosiologi
sastra merupakan pendekatan yang mempelajari fenomena dan gejala sosial.
c.
Sosiologi
dan sastra memiliki hubungan yang saling berkaitan.
B. Saran
Sebagai
pelajar yang masih dalam tahap pengembangan diri, maka penulis membuka diri
dalam menerima berbagai saran dan kritik dari berbagai pihak, agar penulisan
makalah selanjutnya dapat lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Juanda. 2002. Sosiologi
Sastra. Makassar.
Ratna, Nyoman Kutha.
2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.