Sabtu, 18 Februari 2017

PUISI

Sajak Tanpa Judul
Karya: Syam

Sajak terjemahan matamu tak dapat menuai makna
Yang kurangkai dalam simpul bingakai asmara
Segalanya teralihkan oleh cahanya bola mata indahmu
Senyum dicakrawala bibirmu
Memaksaku kaku dalam diam seribu bahasa

Cahaya yang memancar di pelupuk mata indahmu
Membuat siapapun akan silau karenanya
Bahkan sang dewi malampun tersipu malu untuk menandingimu
Jika mencintaimu adalah dosa
Maka penjarakanlah aku dalam kalimat saktimu
Yang mampu mengubah keruh jadi jernih



Tugas Kelompok
Sosiologi dan Sastra
Description: UMN1.JPG
Oleh:

Nursyam_1151140007






Program Studi Sastra Indonesia
Jurusan Bahasan dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Sastra
Universitas Negeri Makassar
2014


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR                                                                                   1
DAFTAR ISI                                                                                                  2
BAB    I           PENDAHULUAN                                                                 3
A.    Latar Belakang                                                                              3
B.     Rumusan Masalah                                                                         4
C.     Tujuan                                                                                           4
BAB    II         PEMBAHASAN                                                                    5
A.    Defenisi Sosiologi dan Sifat Hakikatnya                                      5
B.     Objek Sosiologi                                                                             6
C.     Pengertian Sastra                                                                          8
D.    Pengertian Sosiologi Sastra                                                           9         
E.     Klasifikasi Sosiologi Sastra                                                           9         
F.      Hubungan antara Sosiologi dan Sastra                                         10
BAB    III        PENUTUP                                                                              15
A.    Kesimpulan                                                                                   15
B.     Saran                                                                                             15
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                16






KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Yang Maha Kuasa atas segala limpahan dan kemurahan-Nya dalam memberikan kemudahan bagi kami dalam membuat makalah ini. Materi dalam pembahasan makalah ini mengenai Sosiologi dan Sastra. Secara sederhana, rincian materi dalam makalah ini adalah membahas secara terperinci Sosiologi dan Sastra.  
            Tak lupa pula, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif atau berpartisipasi dalam membuat dan menyelesaikan makalah ini, terutama pada Bapak Dosen yang telah memberikan pengarahan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini yang berwujud makalah.
            Sebagai insan pelajar yang masih dalam tahap proses belajar, maka kami membuka diri dalam menerima berbagai saran dan kritik yang bersifat konstruktif dan memotivasi, agar kami dalam membuat makalah selanjutnya lebih baik lagi.


                                                                        Makassar, 18 Februari 2014




                                                                                                Penulis





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari gejala-gejala sosial. Segala gejala sosial yang terjadi pada kalangan masyarakat dapat dikaji melalui pendekatan sosiologi. Sastra adalah sebuah hasil imajinasi dengan menggunakan bahasa yang penuh nilai estetika. Sastra dan masyarakat merupaka dua hal yang saling berkait antara satu dengan yang lainnya.
            Dalam membahas karya sastra, maka pendekatan sosiologi difungsikan untuk mengetahui dan mengidentifikasi secara ril fenomena sosial yang termuat dalam karya sastra yang menjadi bahan kajian.
            Sosiologi dan sastra memiliki unsur kesamaan, sebab sosiologi mengkaji mengenai gejala sosial, sementara pada sastra menghasilkan sebuah karya yang menyangkut sosial, sehingga dalam penerapan ilmu sosiologi pada karya sastra dapat diketahui secara jelas gejala sosial yang terjadi pada karya sastra tersebut, baik menyangkut kedudukan pengarang pada karya sastra itu maupun keadaan sosial yang terjadi secara terperinci.
            Peristiwa yang diangkat pada sebuah karya sastra, pendekatan sosiologi ini melihat peristiwa itu sebagai dokumen sosiobudaya. Artinya secara implisit, sosiologi mengungkap berbagai perihal yang terjadi pada masyarakat tertentu.
            Sosiologi sastra merupakan ilmu yang relatif lebih baru berkembang, sebab objek kajiannya bersifat sosial. Namun, pada sisi lainnya banyak diminati oleh berbagai pihak intelektual sebab bersentuhan langsung dengan kejadian dan fenomena sosial yang ada.


B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a.       Apakah defenisi dan sifat hakikat sosiologi sastra?
b.      Apakah objek kajian sosiologi sastra?
c.       Apakah pengertian sastra?
d.      Apakah pengertian sosiologi sastra?
e.       Apa sajakah klasifikasi sosiologi sastra?
f.       Bagaimanakah hubungan antara sosiologi dan sastra?

C.     Tujuan
Tujuan yang diperoleh dari rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Mengetahui defenisi dan sifat hakikat sosiologi sastra.
b.      Mengetahui objek kajian sosiologi sastra.
c.       Mengetahui pengertian sastra.
d.      Mengetahui pengertian sosiologi sastra.
e.       Mengetahui klasifikasi sosiologi sastra.
f.       Mengetahui hubungan antara sosiologi dan sastra.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Sosiologi dan Sifat Hakikatnya
Kita sangat sukar merumuskan suatu definisi yang dapat mengemukakan keseluruhan pengertian, sifat, dan hakikat yang dimaksud dalam beberapa kata dan kalimat. Oleh karena itu, suatu definisi hanya dapat dipakai sebagai suatu pegangan sementara saja. Sebagai patokan sementara, akan dikemukakan beberapa definisi sosiologi sebagai berikut:
a.       Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :
1.      Hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan politik; dan lain sebagainya).
2.      Hubungan dan pengaruh timbal-balik antara gejala sosial dan gejala-gejala nonsosial (misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya).
3.      Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.
b.      Sosiologi adalah ilmu yang memepelajari hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok.
c.       Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
d.      Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyrakatan yang bersifat stabil.
e.       Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial.
Sifat-sifat hakikatnya adalah:
a.       Telah kita ketahui behwa sosiologi adalah suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian. Perbedaan tersebut bukanlah perbedaan metode melainkan menyangkut perbedaan isi yang gunanya untuk membedakan ilmu-ilmu pengetahuan yang bersangkut paut dengan gejala-gejala alam dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang berhubungan gejala-gejala kemasyarakatan.
b.      Sosiologi bukan merupakan disiplin ilmu yang normatif, akan tetapi disiplin ilmu yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
c.       Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai.

B.     Objek Sosiologi
Objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyrakat. Beberapa pakar telah mencoba untuk memberikan definisi masyrakat (society), yaitu:
a.       Masyarakat  ialah suatu system dari kebiasaan dan tatacara dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan selalu berubah.
b.      Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang merumuskan dengan jelas.
c.       Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masyrakat terdiri atas beberapa unsur, yaitu:
1.      Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu social tidak ada ukuran mutlak atau angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoritis, angka minimnya adalah dua orang yang hidup bersama.
2.      Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati, seperti kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena itu dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti. Sebagai akibat hidup bersama itu maka akan timbullah system komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur system hubungan antarmanusia dan kelompok tersebut.
3.      Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
4.      Mereka merupakan suatu system hidup bersama. System kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan sebab setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.
Selanjutnya, setiap masyarakat mempunyai komponen-komponen dasar, yakni:
a.       Populasi, yaitu warga-warga dari masyrakat yang dilihat dari sudut pandang kolektif. Secara sosiologis, aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan adalah: aspek genetic yang konstan, variable-variabel genetic dan demografis.
b.      Kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa dari kehidupan bersama yang mengcakup: system lambing-lambang dan informasi.
c.       Hasil kebudayaan material.
d.      Organisasi social, yakni jaringan hubungan antara warga-warga masyrakat yang bersangkutan, yang antara lain mencakup: warga masyarakat secara individual, peranan-peranan, kelompok-kelompok social, dan kelas-kelas social.
e.       Lembaga-lembaga social dan sistemnya.

C.     Pengertian Sastra
Sastra adalah karya seni yang diwujudkan dengan menggunakan bahasa yang indah, dengan berbagai ungkapan, kiasan, atau gaya bahasa yang sesuai dengan pernyataan maksud pengarang (Arifin, 1991:117). Atau juga dapat dikatakan bahwa  karya seni yang dihasilkan dengan menggunakan daya imajinasi dan hayal yang tinggi untuk menyampaikan suatu maksud atau tujuan tertentu. Bahasa yang digunakan adalah bahasa penuh dengan kreatifitas dari pengarang.

D.    Pengertian Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata sosio (Yunani) (socious berarti bersama-sama, bersatu, kawan,teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, sosio/socious berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. (Nyoman Kutha Ratna 2003:1).
Sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Istilah ini pada dasarnya tidak berbeda peengertiannya sosiosastra, pendekatan sosiologis, atau pendekatan sosiokultural terhadap sastra. Sosiologi sastra dalam pengertian inni mencakup berbagai pendekatan yang didasarkan pada sikap dan pandangan teoritis tertentu.
Sudah banyak telaah dalam sosiologi sastra baik yang berupa buku maupun tulisan yang lepas yang kemudian dikumpulkan dalam berbagai bunga rampai. Dari sekian banyak bahan itu dapat disimpulkan bahwa ada dua kecendrungan utama dalam telaah sosiologis terhadap  sastra, yaitu:
1.      Pendekatana yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses social ekonomi belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra. Jelas bahwa dalam pendekatan ini teks sastra tidak dianggap utama, ia hanya merupakan epiphenomenon (gejala kedua).
2.      Pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang dipergunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk menegetahui strukturnya yang bertujuan untuk memahami secara mendalam gejala social yang diluar sastra.

E.     Klasifikasi Sosiologi Sastra
Wellek dan Warren (1965:84) membuat klasifikasi sosiologi sastra sebagai berikut:
a.       Sosiologi pengarang, mempermasalahkan: status social, ideology social, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra.
b.      Sosiologi karya sastra, mempermasalahkan: karya sastra itu sendiri; yang menjadi pokok permasalahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa tujuannya.
c.       Sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh social karya sastra.
Selanjutnya, klasifikasi Ian Watt (1964:300-313) dalam esainya yang berjudul “literature an society” Esai itu membicarakan tentang hubungan timbal-balik antara sastrawan, sastra, dan masyrakat yang secara keseluruhan deskripsi atau bagan sebagai berikut:
1.      Konteks Sosial Pengarang
Ini ada hubungannya dengan posisi social sastrawan dalam masyrakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Dalam hal ini termasuk juga factor-faktor social yang dapat memengaruhi pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya. Hal  yang diteliti adalah:
a.       Bagaimana pengarang mendapatkan mata pencahariannya, apakah ia menerima santunan dana dari sponsor atau dari masyrakat secara langsung atau mereka mencari mata pencaharian yang lain.
b.      Profesionalisme dalam kepengarangan, sejauh mana pengarang itu menganggap pekerjaan sebagai profesi.
c.       Masyarakat apa yang dituju oleh pengarang, hubungan antara pengarang dan masyarakat dalam hal ini sangat penting, sebab sering didapati bahwa macam masyarakat yang dituju itu menentukan bentuk dan isi karya sastra.

2.      Sastra sebgai cermin masyarakat
      Sampai sejauh mana  sastra dapat dianggap sebagai mencerminkan keadaan masyarakat. Pengertian cermin di sini sangat kabur. Oleh karena itu banyak disalahtafsirkan dan disalahgunakan. Hal yang terutama mendapat perhatian adalah:
a.       Sastra mungkin tidak dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada waktu dia ditulis sebab banyak cirri-ciri masyarakat yang ditampilkan dalam karya sastra itu sudah tidak berlaku lagi pada waktu ia ditulis.
b.      Sifat lain dari yang lain, yaitu seorang pengarang sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta social dalam karyanya.
c.       Gendre sastra sering merupakan sikap social atau kelompok tertentu, dan bukan sikap social seluruh masyarakat.
d.      Sastra yang berusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya mungkin saja tidak dapat dipercaya sebagai cermin masyarakat.  Demikian juga sebaliknya karya sastra yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan masyarakat secara teliti barangkali masih  dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mengetahui keadaan masyarakat. Pandangan social pengarang harus diperhitungkan apabila kita menilai karya sastra sebagai cermin masyarakat.
3.      Fungsi sosial sastra
      Disini kita terlibat pertanyaan-pertanyaan seperti: Sampai seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial? Dan sampai seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial? Dalam hubungan ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a.       Sudut pandang ekstrim kaum Romantik yang menganggap bahwa sastra sama derajatnya dengan karya pendeta dan nabi. Anggapan ini mencakup pendirian bahwa sastra harus berfungsi performasi atau perombak.
b.      Sastra bertugas sebagai penghibur belaka.dalam hal ini gagasan “Seni untuk seni” tak ada bedanya dengan praktik untuk mencapai best seller.
c.       Sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.

F.      Hubungan Antara Sosiologi Dengan Sastra
1.      Sosiologi Sebagai Suatu Ilmu
      Secara singkat dapat dijelaskan bahwa sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat; telaah tentang lembaga dan proses sosial. Sosiologi mencaritahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik dan lain-lain, yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial. Kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tantang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat ditempatnya masing-masing.
2.      Sosiologi dan sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat
      Dalam hal isi, sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagai masalah yang sama. Dengan demikian, novel sebagai gendre utama sastra dalam zaman sekarang dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial ini; hubungan manusia dengan keluarganya, lingkungannya, politik, Negara, dan sebagainya.
Dalam pengertian documenter murni tampak bahwa novel berurusan dengan tekstur sosial, ekonommi, dan politik yang juga menjadi urusan sosiologi.
      Perbedaan yang ada antara keduanya adalah sosiologi melakukan analisis ilmiah yang objektif, sedangkan novel menyusup menembus permukaan kehidupan sosial dan menunjukkan cara-cara manusia menghayati masyrakat dengan perasaannya. Adanya analisis ilmiah yang objektif ini menyebabkan bahwa seandainya ada dua orang ahli sosiologi mengadakan penelitian atas satu masyarakat yang sama, hasil penelitian itu besar kemungkinannya menunjukkan persamaan juga. Sedangkan seandainya ada dua orang novelis menulis tentang suatu masyarakat yang sama, hasilnya cenderung berbeda sebab cara-cara manusia mengahyati masyarakat dengan perasaannya itu berbeda-beda menurut pandangan orang seorang.
      Karena persamaan objek yang digarap wajarlah jika ada ahli yang meramalkan bahwa pada akhirnya nanti sosiologi akan dapat mengganti kedudukan novel. Pandanga serupa itu rupanya didorong oleh pesatnya perkembangan ilmu sosiologi di samping adanya ramalan kematian novel sebagai bentuk sastra. Satu  hal yang perlu diingat bahwa ada sesuatu yang unik dalam novel yang tidak bisa digantikan oleh sosiologi. Oleh Karen itu, tampaknya keduanya memiliki kemungkinan yang sama untuk terus berkembang dan mungkin untuk terus bekerja sama.
3.      Sastra Dan Sosiologi Merupakan Dua Bidang Ilmu Yang Saling Melengkapi
      Beberapa ahli sosiologi sejak abad yang lalu telah mencoba menyinggung-nyinggung sastra. Namun, pada hakikatnya mereka masih menganggap sastra sekedar sebagai bahan untuk menyelidiki struktur sosial. Zaman kita ini telah menyaksikan perkembangan pesat sosiologi agama, sosiologi pendidikan, sosiologi politik, sosiologi ideology, tetapi sosiologi sastra ternyata muncul sangat terlambat. Sampai saat ini harus diakui bahwa sosiologi sastra belum sepenuhnya merupakan suatu himpunan pengetahuan yang mapan.
      Bagi kritikus, sastra tampak sebagai suatu kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri. Karya sastra harus didekatkan dari segi striktur dalam, metafora, penyusunan citra, ritme, dinamika alur, penokohan, dan lain-lain. Kalupun masyarakat luar diperkenankan turut campur, hal itu hanya kadang-kadang saja dan hanya sebagai latar belakang saja. Artinya, tidak boleh menentukan penilaian akhir. Mereka yang telah mnegmbangkan pendekatan tekstual terhadap sastra sama sekali menolak pendangna bahwa hal-hal yang bersifat ekstrinsik dapat membantu kita dalam mengungkapkan karya sastra.
      Mereka itu tidak menghendaki campur tangn sosiologi sebab sosiologi tidak akan mampu menjelaskan aspek-aspek unik yang terdapat dalam karya sastra. Padahal sosiologi dapat memberikan penjelasan yang bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan tanpa sosiologi pemahaman kita tentang sastra belum lengkap. Harus diakui bahwa telaah sastra dan telaah sosiaol memerlukan metode dan  orientasi yang berbeda-beda. Dan berdasarkan kenyataan ini lah keberatan terhadap campur tangan sosiologi dalam telaah sastra diajukan.
      Pendekatan sosiologi sastra yamh paling banyak dilakukan saat ini menaruh paerhatian yang besar terhadap aspek documenter sastra. Landaannya adalah gagasan yang menyatakan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari berbagai segi struktur sosial, hubungna kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain. Dalam hal ini, tugas ahli sosiologi sastra adalah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayal dan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan asal usulnya. Tema dan gaya yang ada dalam karya sastra yang bersifat pribadi itu, harus diubah menjadi hal-hal yang bersifat sosial.
      Pendekatan ekstrinsik ini telah mendapat serangan pedas dan bertubi-tubi dari para kritikus sastra. Salah satu serangan itu dilancarkan oleh wallek dan warren (1956: 82). Dikatakan bahwa biasanya dalam seputar sastra dan masyarakat bersifat sempit dan eksternal. Pertanyaan yang ditampilkan biasanya mengenai hubunngan sastra dan situasi sosial tertentu, system ekonomi, sosial, dan politik. Banyak usaha yang telah dilakukan untuk menggambarkan dan memeberi batasan tentang pengaruhmasyarakat terhadap karya sastra, dan untuk mengatur dan menentukan kedudukan sastra dalam masyarakat. Pendekatan sosisologis semacam itu terutama dilakukan oleh kritikus yang meyakini suatu filsafat sosial tertentu. Pada kritikus Marxis, misalnya, tidak sekedar tertarik untuk meneliti hubungan antara sastra dan masyarakat; mereka bahkan telah memiliki dasar pandangan yang jelas tentang bagaimana seharusnya hubungan itu.
      Yang mereka lakukan sebenarnya bukanlah kritik sasatra, melainkan penghakiman yang didasarkan atas criteria etis dan politis yang bersifat non sastra. Kritikus semacam itu sukar dibedakan dengan tukang propaganda.
      Wellek dan Warren selanjutnya mengatakan bahwa tidaklah jelas pengertiannya apabila dikatakan bahwa sastra mencerminkan atau mengekspresikan kehidupan. Memang sastrawan menegkspresikan pengalaman dan pahamnya yang menyeluruh tentang kehidupan, tetapi jelas keliru kalau ia dianggap mengekspresikan kehidupana yang selengkap-lengkapnya. Dan kita pun menggunakan criteria evaluative tertentu apabila beranggapan bahwa sastrawan harus memiliki zaman dan masyarakatnya. Dan kita mewakili itu banyak disalahgunakan oleh para kritikus Marxis kata itu diartikan sebagai mewakili kaum proletar atau mewakili ideology si kritikus.
      Keberatan  yang diajukan Wellek dan Warren di atas jelas didasarkan pada anggapan dan kesimpulan bahwa pendekatan sosiologis terhadap sastra bersifat sempit. Sastra dilihat lewat kacamata ideologis tertentu, dan hal ini adalah Marxisme. Mereka juga tidak percaya bahwa sastra dapat ditelaah dengan menggunakan masyarakat luar sebagai ukuran dan sekaligus tujuannya.






















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Pada pembahasan materi di atas, maka yang dapat disimpulkan, yaitu:
a.       Sosiologi bukan merupakan ilmu normatif dan sastra merupakan pencitraan nilai, keyakian dan norma.
b.      Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang mempelajari fenomena dan gejala sosial.
c.       Sosiologi dan sastra memiliki hubungan yang saling berkaitan.
B. Saran
            Sebagai pelajar yang masih dalam tahap pengembangan diri, maka penulis membuka diri dalam menerima berbagai saran dan kritik dari berbagai pihak, agar penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik dari sebelumnya.





  




DAFTAR PUSTAKA
Juanda. 2002. Sosiologi Sastra. Makassar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka     Pelajar.